Garut menempati posisi yang istimewa di Provinsi Jawa Barat, terletak di antara beberapa kota penting lainnya. Terletak di sebelah selatan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, Garut juga berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya di sebelah timur. Di sebelah barat, Garut berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat. Namun, yang membuat Garut menonjol adalah kekayaan alamnya yang unik. Garut adalah destinasi wisata alam yang memikat dengan gabungan yang unik antara keindahan gunung dan pesona pantai.
Di tengah keindahan alam Indonesia yang kaya akan gunung-gunung megah, Garut menjadi salah satu destinasi yang menonjol. Terletak di Jawa Barat bagian selatan, Garut menyimpan sejumlah gunung yang terkenal akan pesona alamnya. diantaranya Gunung Papandayan, Gunung Cikuray dan Gunung Guntur. Setiap gunung di Garut memiliki daya tariknya sendiri bagi para pendaki dan pecinta alam. Mari kita telusuri lebih dalam tentang tiga gunung terkenal di Garut yang memukau hati dan pikiran.
1. Gunung Papandayan
Gunung Papandayan, sebuah keajaiban alam yang menakjubkan tersembunyi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dengan ketinggian megah mencapai 2.665 meter di atas permukaan laut, gunung ini memancarkan pesona yang tak terlupakan bagi siapapun yang berani menjelajahinya. Terletak sekitar 70 kilometer sebelah tenggara dari hiruk pikuk Kota Bandung, Gunung Papandayan menjadi oase ketenangan yang mempesona bagi para pencinta petualangan dan keindahan alam.
Melangkah masuk ke dalam kawasan gunung yang curam, berbukit, dan bergunung, pengunjung akan disambut oleh panorama menakjubkan yang dipenuhi dengan tebing-tebing terjal dan lembah-lembah hijau yang memukau. Di sini, alam berbicara dengan suara-suara uniknya, terutama dari kawah-kawah yang terkenal seperti Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk yang mengeluarkan uap dari sisi dalamnya, memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para petualang.
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah Kawah Papandayan, sebuah kawasan gunung berapi yang masih aktif dengan luas mencapai 10 hektar. Lubang-lubang magma di sini mengeluarkan asap dan uap air, menciptakan pemandangan yang magis dan mengagumkan. Tidak jauh dari sana, terdapat Blok Pondok Saladah, sebuah padang rumput luas dengan ketinggian 2.288 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh Sungai Cisaladah yang mengalir sepanjang tahun. Tempat ini sering digunakan untuk berkemah dan menikmati keindahan alam yang memukau.
Bagi yang mencari kesembuhan dan relaksasi, Blok Sumber Air Panas adalah pilihan yang sempurna. Terletak di perbatasan Blok Cigenah, sumber air panas ini mengandung belerang dan berkhasiat dalam penyembuhan penyakit kulit, membawa kedamaian dan kesegaran bagi pengunjungnya.
Sejarah panjang Gunung Papandayan juga menjadi daya tarik tersendiri. Catatan letusan besar pada tahun 1772 yang menghancurkan puluhan perkampungan dan menewaskan ribuan orang menjadi cermin dari kekuatan alam yang mengagumkan namun juga mengerikan. Letusan-letusan berikutnya, seperti pada tahun 1923 dan 1942, meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam memori gunung ini.
Sejak awal tahun 2000-an, aktivitas seismik yang meningkat telah membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Papandayan menjadi waspada. Namun, hal ini tidak menyurutkan minat para pengunjung untuk menjelajahi keindahan dan keajaiban alam yang ditawarkan gunung ini.
Bagi para petualang yang ingin menjelajahi Gunung Papandayan, akses transportasi sangat memudahkan. Dari Jakarta, Bogor, atau Bandung, pengunjung dapat menggunakan transportasi umum menuju Terminal Guntur Garut, lalu melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung. Bagi yang memiliki kendaraan pribadi, dapat langsung menuju tempat parkir yang luas di kaki gunung.
Namun, setiap petualangan memiliki harga. Biaya masuk yang terjangkau, parkir, dan sewa mobil pikap, semuanya memastikan pengalaman yang tak terlupakan di Gunung Papandayan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Jadi, siapkah Anda untuk menjelajahi keindahan dan misteri Gunung Papandayan? Bersiaplah untuk dibawa dalam petualangan tak terlupakan di salah satu keajaiban alam terbesar Jawa Barat.
2. Gunung Guntur
Gunung Guntur, dengan ketinggian 2.249 meter di atas permukaan laut, menawarkan pesona alam yang memikat di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Terletak di Kelurahan Pananjung dan Desa Pasawahan, Tarogong Kaler, gunung berapi kerucut aktif ini menjadi magnet bagi para pendaki gunung dan pencinta petualangan.
Lokasinya yang strategis menghadap beragam gunung lainnya, menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari panorama indah kota Garut. Di sebelah selatan Gunung Guntur, tampak kehadiran megah Gunung Putri yang berdampingan dengan keanggunan Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan. Tak kalah menarik, di sebelah barat terhampar keindahan Gunung Masigit, Gunung Parupuyan, serta gunung-gaung lainnya yang memperkaya keberagaman panorama alam.
Namun, keistimewaan Gunung Guntur tidak hanya terletak pada keindahan alamnya. Di sekitar kaki gunung, khususnya di daerah Kecamatan Tarogong Kaler, berjejer hotel dan penginapan yang menawarkan fasilitas pemandian air panas. Sumber air panas yang melimpah berasal langsung dari Gunung Guntur, menambah daya tarik wisatawan untuk berlama-lama menikmati kesegaran dan kehangatan alam.
Sejarah gemilang Gunung Guntur sebagai gunung berapi yang aktif telah membekas dalam catatan zaman. Pada dekade 1800-an, Gunung Guntur menjadi salah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa. Letusan-letusan dahsyatnya mencatatkan namanya dalam sejarah. Bataviasche Courant pada 7 November 1818, melaporkan peristiwa letusan pada 21 Oktober 1818 yang terjadi di malam hari antara pukul 22.00 dan 23.00. Begitu pula pada tahun-tahun berikutnya, Gunung Guntur menggemparkan dengan serangkaian letusan yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar.
Keunikan topografi Gunung Guntur memperkaya pesonanya. Terdapat beberapa kerucut bekas titik erupsi tua yang menjulang di tengah gunung, membuatnya tidak hanya satu kerucut tunggal. Dua buah kaldera, yaitu Kaldera Gandapura di sebelah timur dan Kaldera Pangkalan di barat, menambah pesona mistis gunung ini. Kemiringan yang bervariasi antara 2 hingga 75 derajat serta material hasil erupsi eksplosif dan efusif yang membentuk punggung gunung, memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Keanekaragaman ekosistem menjadi ciri khas Gunung Guntur. Mulai dari hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, hingga Hutan Ericaceous atau hutan gunung, semuanya menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Namun, di kawasan puncak, keadaannya berbeda. Karakteristik pasir yang mendominasi menjadikan tanaman sulit tumbuh, menciptakan pemandangan gersang mirip savana. Hanya beberapa tanaman cantigi dan pohon pinus yang dapat bertahan hidup di sana.
Pesona Gunung Guntur tidak hanya terbatas pada keindahan alamnya, namun juga pada aspek spiritual dan mistis yang melekat padanya. Banyak kisah mistis yang mengelilingi gunung ini, terutama terkait dengan kejadian pendaki yang hilang secara misterius. Meski demikian, keajaiban alam seringkali menyelamatkan mereka, dan mereka ditemukan dalam keadaan sehat.
Kehadiran Gunung Guntur tidak hanya menarik bagi pengagum alam semata, tetapi juga bagi para pendaki gunung yang mencari tantangan dan petualangan. Volume pendaki yang meningkat dari tahun ke tahun, terutama sejak awal 2010-an, menjadi bukti pesatnya minat masyarakat terhadap keindahan alam yang ditawarkan Gunung Guntur.
Namun, meningkatnya jumlah pengunjung juga membawa dampak negatif, seperti maraknya isu pencurian barang-barang pendaki oleh oknum tidak bertanggung jawab di sekitar jalur pendakian. Hal ini menjadi perhatian bersama untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para pengunjung yang datang untuk menikmati pesona Gunung Guntur.
Dengan segala keunikan dan keindahan alamnya, Gunung Guntur tetap menjadi destinasi yang menawan bagi para petualang dan pencinta alam. Keberadaannya yang megah, keindahan alam yang memikat, serta kesan mistis yang menyelimuti, menjadikannya sebagai tempat yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berani menjelajahinya.
3. Gunung Cikuray
Gunung Cikuray dengan ketinggian mencapai 2.821 meter di atas permukaan laut. Meski tanpa kawah aktif, keanggunan stratovolcano ini menempatkannya sebagai gunung tertinggi keempat di Jawa Barat, setelah Gunung Ciremai, Gunung Pangrango, dan Gunung Gede. Posisinya yang memeluk perbatasan kecamatan Bayongbong menawarkan akses dari beberapa jalur, mulai dari Cilegug, kampung Jambansari dekat markas HdG Team, hingga Cikajang, Kiara Janggot, dan Dayeuhmanggung.
Iklim di sekitar Gunung Cikuray dan sekitarnya memperlihatkan keanekaragaman tropis basah yang memesona. Dengan curah hujan mencapai 3500-4000mm, kisaran temperatur yang meliputi 10°C hingga 24°C, serta perhitungan bulan basah selama 9 bulan dan bulan kering selama 3 bulan, gunung ini menciptakan suasana yang menawan bagi para penjelajah.
Tidak hanya sebagai penjaga keindahan alam, Gunung Cikuray juga memainkan peran penting sebagai bagian dari rangkaian batas hidrologi yang membagi dua kelompok besar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa. Rangkaian batas hidrologi ini membentang dari timur hingga barat pulau, memisahkan DAS bagian utara dan selatan.
Bagian lereng timur hingga selatan gunung masuk dalam sistem DAS Ciwulan, sementara bagian lereng sebelah barat hingga utara masuk ke dalam sistem DAS Cimanuk. Peran aliran sungai yang berhulu di lereng gunung ini menjadi vital, baik mengalir ke pesisir selatan Jawa hingga bermuara di Samudra Hindia maupun ke pesisir utara Jawa hingga bermuara di Laut Jawa.
Gunung Cikuray bukan hanya tentang keindahan alam, namun juga mengungkap kejayaan sejarah yang menarik. Beberapa naskah kuno merujuk padanya dengan sebutan Gunung Larang Srimanganti atau Srimanganten. Pada abad ke-17, lereng gunung ini menjadi mandala, pusat pertapaan para pendeta dan kegiatan tulis menulis Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Kabuyutan.
Bukti-bukti sejarah mengenai mandala ini masih tersimpan dengan baik di sebuah cagar budaya Ciburuy di Kecamatan Cigedug. Sejarah yang terukir di sini memberikan pemahaman mendalam akan kekayaan budaya dan spiritualitas yang mengakar di gunung ini.
Bagi para petualang yang ingin menggapai keindahan Gunung Cikuray, beberapa jalur akses tersedia. Perjalanan dimulai dari Bandung atau Tasikmalaya menuju terminal Guntur, kemudian dilanjutkan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, seperti Desa Dangiang, Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuhmanggung.
Masing-masing jalur memiliki karakteristik uniknya sendiri. Jalur Desa Dangiang, misalnya, menawarkan medan yang landai dan dilengkapi dengan sumber air serta sinyal HP yang memadai, memudahkan pendaki untuk mencapai puncak dengan cepat. Tak hanya itu, sebagai gunung tertinggi di Kabupaten Garut, kaki Gunung Cikuray bahkan dimanfaatkan sebagai stasiun pemancar TV swasta dan TVRI.
Gunung Cikuray juga menawarkan keindahan ekosistem yang beragam. Mulai dari hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, hingga Hutan Ericaceous, setiap jenis hutan menyimpan keunikan dan kekayaan flora serta fauna yang patut dijaga dan dijelajahi.
Gunung Cikuray bukan sekadar tumpuan fisik yang menjulang, namun juga merupakan penjaga sejarah, keindahan alam, dan ekosistem yang kaya. Melalui jejaknya, kita dapat memahami bagaimana alam dan manusia saling bersinergi, menciptakan kehidupan dan keberagaman yang memukau. Dengan demikian, menjaga dan menghormati Gunung Cikuray adalah tugas kita sebagai anak bangsa yang cinta akan alam dan sejarahnya.
Kesimpulan
Gunung-gunung di Garut adalah harta karun alam yang memukau dan tak terlupakan. Dari Gunung Papandayan dengan aktivitas vulkaniknya yang spektakuler hingga Gunung Cikuray dengan keindahan alamnya yang megah, setiap gunung menawarkan pengalaman mendaki yang berbeda-beda. Melalui pendakian ini, para pendaki tidak hanya dapat menikmati keindahan alam yang memukau, tetapi juga dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Jadi, siapkan perlengkapan pendakian Anda dan jadilah bagian dari petualangan yang tak terlupakan di gunung-gunung terkenal Garut!
Sumber:Wikipedia